Minggu, 15 Januari 2012

Menyusun Kepingan


Berminggu lamanya aku berjuang mati-matian menjaga keseimbangan hubungan kami yang sedang goyah tak tentu arah. Namun akhirnya, semuan jatuh berantakan dan yang bisa kulakukan cuma berdiri mematung dalam balutan shock dan derita, terlalu lelah untuk mengumpulkan kepingan-kepingannya. Bisa saja ia yang kusalahkan. Ia sudah sering mengkhianati kepercayaanku. Ia terlalu malas, dan kekanak-kanakan. Atau, bisa juga semua kesalahan hanya kutimpakan pada diriku sendiri. Aku terlalu melibatkan diri, terlalu jatuh dalam cintanya, dan terlalu melindungi. Namun, semakin lama kupirkan, semakin kusadari bahwa hubungan kami mirip permainan tumpukan keping balok. Mulanya kokoh dan mantap, tapi seiring waktu, satu per satu kepingan balok itu berjatuhan hingga bangunan itu bergetar dan akhirnya runtuh dalam tumpukan besar sakit hati, airmata, dan kenangan pedih.
Alexander Graham Bell pernah berkata, “Ketika satu pintu tertutup, ada pintu lain yang terbuka. Namun kita sering hanya menyesali yang tertutup sehingga tak menyadari ada ratusan bahkan ribuan pintu yang terbuka untuk kita.” Butuh waktu berbulan lamanya untuk mengalihkan mataku dari pintu yang sudah terbanting dihadapanku. Melalui lubang kunci, kulihat ia meneruskan hidupnya sendiri—kehidupan tanpa kehadiranku. Kugedor pintu itu, kutendang, kuberteriak sampai rasa lelah manghampiriku, tapi aku hanya bisa berdiri di luar, melihat ke dalam.
Suatu hari mulai kusadari bahwa ditengah segenap deritaku, aku sudah menelantarkan segala sesuatu yang kuanggap penting. Aku berdiri tak berteman, keluargaku sama sekali tersisihkan dan beberapa bulan masa mudaku terbuang sia-sia gara-gara seorang remaja laki-laki yang bodoh. Yang membuat diriku menjadi malu untuk mentatap sinar sang surya. Tiba-tiba segelombang rasa sejuk menyapuku, dan aku tahu bahwa aku akan menjadi diriku sendiri, tanpa tergantung pada siapa pun demi kebahagiaanku sendiri. Akan kutempuh kehidupan milikku sendiri tanpa peduli siapa pun yang akan membanting pintu di depanku. Hubungan cinta akan selalu runtuh, tapi hanya si kuat yang mampu mengumpulkan kepingan-kepingannya dan memembangun kembali kehidupannya menggunakan segala pengalamannya sebagai pijakan kaki untuk  kembali berdiri, menatap matahari, dan memulai segalanya!!
Ulangan 31:8

 Written when I was in junior hgh school.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar